Subvarian Omicron XBB Incar yang Belum Pernah Terpapar COVID-19

Subvarian Omicron XBB Incar yang Belum Pernah Terpapar COVID-19
Ilustrasi (Foto: Net)

KETUA Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan mengatakan, subvariant Omicron XBB banyak menyerang orang yang belum pernah terinfeksi COVID-19.

Berdasarkan usianya, XXB juga banyak menyerang usia muda dengan rentang 20-39 tahun. Kendati begitu, kasus infeksi parah hingga harus dirawat lebih banyak menyerang kelompok lansia berusia di atas 70 tahun. Hal ini tentu dipengaruhi oleh imunitas lansia yang relatif lebih rendah.

Lansia juga lebih banyak memiliki penyakit komorbid yang membuat tingkat keparahan pasca infeksi COVID-19 meninggi.

Erlina mengatakan, data tersebut berkaca dari kasus XBB di Singapura. Subvariant yang predominan di Singapura ini hingga mencapai 54% kasus pada minggu kedua Oktober 2022, dari hanya 22% pada minggu sebelumnya.

“Oleh karena itu, hati-hati pada masyarakat lansia. Walaupun secara umum kasusnya ringan, tapi bila menyerang lansia ini memerlukan perawatan di rumah sakit,” ujar Erlina.

Tetap terdeteksi angiten

Erlina menegaskan, varian ini tetap terdeteksi oleh pemeriksaan antigen ataupun reaksi polymerase berantai (polymerase chain reaction/PCR). Artinya, kedua pemeriksaan ini masih relevan untuk melihat ada atau tidaknya infeksi virus XBB dalam tubuh seseorang.

“Di tempat saya, di rumah sakit kami, ada kasus yang antigennya positif, genome sequencing-nya menunjukkan XBB. Ini jadi tidak sepenuhnya benar menyatakan bahwa varian XBB tidak terdeteksi saat dilakukan pemeriksaan antigen,” kata dia.

Muncul XBC

Belum selesai dengan XBB, subvarian Omicron lain muncul, yaitu XBC. Subvarian ini sudah tersebar di Inggris dan Filipina dengan 193 kasus.

Penularan XBC di Filipina sudah mencapai transmisi lokal dengan kematian mencapai 5 kasus. Bukan tidak mungkin menyebar pula di Indonesia mengingat letak geografis Indonesia berdekatan dengan Filipina.

“XBB marak di Singapura, setelah itu kita mulai menemukan kasus XBB di Indonesia. Nah, sekarang XBC dekat juga dari indonesia. Jadi mungkin kita juga harus waspada XBC ini akan masuk,” tutur Erlina.

Adapun gejala yang timbul akibat terinfeksi subvarian XBB dan XBC adalah demam, batuk, lemas, sesak, nyeri kepala, pilek, mual, muntah, diare, dan nyeri tenggorokan.

Gejala berat lain yang mungkin timbul adalah gejala anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas varian delta, mengingat subvarian XBC rekombinan dari Delta.

Kendati begitu, hingga kini, belum ada laporan bukti ilmiah resmi yang menyatakan tingkat keparahan XBC ataupun XBB lebih atau sama dengan Delta.

“Gejala anosmia yang merupakan gejala dari varian Delta mungkin terjadi. Tapi kita belum tahu, belum ada bukti ilmiahnya, apalagi di Indonesia belum ada kasusnya. Hingga saat ini, masih dinyatakan mirip dengan Omicron yang lain,” kata dia.

Penulis : Anna

Editor : Zultamzil

Cek Fakta
CEK FAKTA LAINNYA